Buku Tamu

Total Tayangan Halaman

Minggu, 11 Maret 2012

Keutamaan dan Manfaat Istighfar

Istighfar, memohon ampun kepada Allah adalah amalan yang sangat mulia, sangat banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dari istighfar kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang mana tidak ada satu pun dari kita yang tidak membutuhkan manfaat dan buah dari istighfar itu. Berikut ini adalah sebagian dari begitu banyaknya manfaat-manfaat istighfar, sekaligus sebagai penjelas akan keutamaan istighfar kita kepada Allah ta’ala.

1- Penghapus dosa.

Sesuai dengan namanya, istighfar bermakna permohonan maghfirah, yaitu ampunan dan penutupan dari dosa dan kesalahan yang dilakukan. Oleh karena itu, manfaat utama dari istighfar ini adalah sebagai penghapus dosa-dosa dan kesalahan. Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman,
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nisa: 110)
Dan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda,
حدثنا قتيبة قال حدثنا الليث عن ابن عجلان عن القعقاع بن حكيم عن أبي صالح عن أبي هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (( إِنَّ الْعَبْدَ إِذاَ أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فيِ قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْداَءُ، فَإِذاَ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهاَ حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ {كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلىَ قُلُوبِهِمْ ماَ كاَنُوا يَكْسِبُونَ} ))
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat kesalahan maka dituliskan dalam hatinya sebuah titik hitam. Jika dia meninggalkannya, beristighfar dan bertaubat, hatinya kembali bersih. Jika dia mengulangi kembali, ditambahkan lagi titik hitam dalam hatinya sehingga titik-titik hitam itu menutupi hatinya. Itulah ‘ran’ (tutupan) yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, {Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.}”1

2- Istighfar adalah jaminan keamanan dari siksaan Allah.

Allah l berfirman,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (al-Anfal: 33)
Tentang ayat ini, Abdullah bin Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- berkata,
كان فيهم أمانان: النبي صلى الله عليه وسلم والاستغفار، فذهب النبي صلى الله عليه وسلم وبقي الاستغفار
“Dahulu mereka memiliki dua jaminan keamanan; Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan istighfar. Lalu Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah pergi, maka tinggallah istighfar.”2

3- Istighfar sebab turunnya rezeki dan kenikmatan dari Allah.

Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Hud: 3)
Oleh karena itulah, Nabi Nuh -’alaihis salam- memerintahkan kaumnya untuk memohon ampun kepada Allah, dan menjelaskan manfaatnya. Allah berfirman tentang Nabi Nuh -’alaihis salam-
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (*) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (*) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)
Dan demikian pula yang dilakukan oleh Nabi Hud -’alaihis salam-, Allah berfirman tentangnya,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.” (Hud: 52)

4- Istighfar merupakan sunah seluruh para Nabi dan Rasul -’alaihimush shalatu was salam-

Lihatlah Nabi Adam -alaihis salam-, Allah berfirman tentang istighfar (permohonan maghfirah) beliau dan istri beliau,
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Keduanya berkata: “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (al-A’raf: 23)
Dan tentang Nabi Nuh -’alaihis salam- Allah ta’ala berfirman,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan.” (Nuh: 28)
Tentang Nabi Musa -’alaihis salam- Allah berfirman,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Musa berdoa: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Qashash: 16)
Nabi Daud -’alaihis salam- juga beristighfar kepada Allah. Allah berfirman,
وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Rabbnya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.” (Shad: 24)
Nabi Sulaiman -’alaihis salam- juga memohon ampun kepada Allah,
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.” (Shad: 35)
Dan Para Nabi dan Rasul lainnya pun beristighfar kepada Allah, terlebih utama adalah Nabi kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Imam Muslim -rahimahullah- menyebutkan hadits dalam shahihnya,
حدثنا يحيى بن يحيى وقتيبة بن سعيد وأبو الربيع العتكي جميعا عن حماد قال يحيى أخبرنا حماد بن زيد عن ثابت عن أبي بردة عن الأغر المزني وكانت له صحبة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (( إنه لَيُغَانُ على قلبي وإِنِّي لأَستغفر الله في اليوم مائةَ مرةٍ))
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya hatiku (terkadang) terlalaikan dari dzikir, dan sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah seratus kali dalam satu hari.”3
Lihatlah! Betapa Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wa sallam- seorang yang makshum, terjaga dari dosa-dosa, dan mendapatkan ampunan baik untuk yang telah lalu maupun yang akan datang, beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- tetap saja memperbanyak istighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka kita yang berada sangat-sangat jauh di bawah kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu lebih layak untuk memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Selain karena dosa dan kesalahan kita yang sangat banyak, juga karena manfaat-manfaat istighfar yang sangat banyak dan kita tidak bisa merasa cukup darinya.

0 komentar:

Posting Komentar